Rabu, 30 November 2011

Pembantu Baruku (Cerbung Copas FB) part 26


Pembantu Baruku part 26 


Sudah seminggu sejak hari terakhir ify ke rumh rio waktu itu, dan sudah seminggu pula sikap rio ke ify brubah drastis.

Memang akhir-akhir ini rio mulai berubah, tapi sekarang benar-benar berubah. Rio yang selalu berusaha mengalihkan matanya dari ify. Berusaha untuk tidak lagi memandang atau pun membalas tatapan gadis itu.Sebisa mungkin rio menjauh dari ify. Sekali pun mereka bertemu atau berbicara, itu pun hanya karna alasan tanggung jawab mereka sebagai pengurus OSIS karna SMA nusantara akan membuka seleksi untuk kepengurusan OSIS yang baru. Yaa..rio dan kawan-kawan seangkatannya harus segera mundur dari OSIS karna mereka sudah harus mulai fokus dengan ujian nasianal.

Dan seperti sekarang ini, sambil terus menyetir mobilnya, rio kembali memantapkan hati agar terus menjauhi ify hari ini, dan seterusnya. Walau pun rio berniat untuk menjauhi ify, tapi hatinya selalu membangkang dari niat itu. Hatinya selalu ingin berada di dekat gadis itu. Masih ingin menjaga gadis itu.

****

"Pagi yo.. Loe kayanya makin ancur dari sabtu kemaren." sapa cakka. Rio menghela nafas panjang mendengar ucapan cakka tadi.

Teringat kembali perkataan dokter chiko kemaren yang mengatakan kalau sel kankernya semakin berkembang. Penyakitnya yang sekarang sudah stadium akhir. Di tambah lagi dengan dampak dari kanker yang semakin dirasakan rio ,dan pengaruh dari keadaan rio sendiri yang mulai kacau akan masalah perasaan.

Rio sekarang makin sering sakit kepala, mual, bahkan kadang kakinya sering kram sendiri sekarang. Dan bisa saja kakinya benar-benar nggak bisa di gerakkan sama sekali. Dan yah...untungnya belum terjadi sampai sekarang. Rio masih hanya merasakan kram di kakinya.

"Yo, perasaan gue aja atau badan loe yg emang udah kurus itu makin tipis aja ya??" tanya gabriel yg juga baru datang. Dan rio kembali menghela nafas.

"Sejelas itukah perubahan gue??" batinnya.

"Dan makin pucet." tambah alvin walau pun tau sebab nya apa.

Mama rio sempat menelpon alvin semalam. Yah...sebagai seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya, bu dewi meminta alvin agar mengawasi rio. Menjaga rio yg tiba-tiba bisa drop sendiri. Menjaga rio agar nggak terlalu kecapean karna mulai sibuk dengan persiapan acara seleksi pengurus OSIS baru, persiapan LDK dan pelantikannya nanti.

Rio memilih untuk tidak menjawab komentar teman-temannya itu. Rio memilih untuk diam. Yaah...itung-itung menghemat energinya dari pada habis hanya untuk berdebat dengan sahabat-sahabatnya itu.

"Yo, nggak sakit kan??" bisik alvin, agar iyel dan cakka nggak bisa dengar. Rio mengangkat alisnya heran, "Sakit menurut ukuran sakit bagi loe atau bagi gue??" tanya rio. Alvin menghela nafas sebelum menjawab, pertanyaan rio tadi sedikit membuat sesak dadanya. Meski pun bukan buat yang pertama atau kedua kalinya rio melontarkan pertanyaan itu setiap saat alvin menanyakan sakit yg dirasakannya.

"Menurut loe.." jawab alvin pelan.

Rio tersenyum kecil, " Emm..kalau buat ukuran gue sih ini masih biasa, yaa..masih mendinglah dari pada kemaren." jawab rio dengan nada biasa aja, cendrung seperti seolah-olah topik ini sudah biasa baginya. Tapi sorot mata itu, tidak pernah bisa berbohong.

****

"Emm...fy. Ada rio lho disana." kata zahra saat rombongannya (ify, zahra, sivia, agni) memasuki kantin sambil menunjuk meja di sudut kantin yg diduduki rio dkk.

"Hhh....ngungsi kemana lagi nih gue??" kata ify sambil menghela nafas.

"Kalian ada masalah apa sih sebenarnya??" tanya sivia ikut prihatin sama temannya itu.

Otak ify kembali memutar kata-kata rio seminggu yang lalu, "Thanks but I'm sorry. Apa pun setelah ini gue harap loe terima. Semua yang gue lakuin sekarang dan setelah ini, semuanya bukan untuk nyakitin loe. Thanks.."

"Apa ini maksud loe yo?? Jauhin gue, ngindarin gue. Dan bisanya loe nyuruh gue nerima semuanya. Hhh..sikap loe sekarang lebih dari sekedar nyakitin gue yo.." batin ify menatap sendu sosok rio yang tengah duduk sambil sesekali tertawa bersama teman-temannya.

"Fy.." panggil via pelan. Ify tersentak dari lamunannya,

"Eh..ah..apa vi??" tanya ify kaget.
Via mengelus pundak ify, lalu tersenyum kecil.

"Kita duduk di sana aja ya.." kata via menunjuk meja kosong yang cukup jauh dari posisi duduk rio dkk.

"Eh..nggak usah vi. Gue bisa duduk di sana kok, gabung sama dea nova tuh.." kata ify sambil senyum, merasa nggak enak.

"Biasa aja kali fy. Duduk di sana aja. Kayanya kita juga butuh waktu buat ngumpul tanpa cowok-cowok disekitar." jawab zahara di ikuti anggukan via dan agni.

Tepat saat ify mau membuka mulut, agni langsung menyeret ify ke meja yang ditunjuk via tadi, sebelum ify kembali beralasan.

Ify tersenyum senang. Bersyukur dalam hati karna memiliki sahabat dan sepupu yang perhatian padanya.

Meja ify dkk....
"Nah sekarang jawab pertanyaan gue barusan. Loe ada masalah apa sama rio??" tanya via setelah mereka berempat duduk di meja tadi.

"Pesan makanan dulu ya vi. Gue laper. Hehehe.." kata ify sambil cengengesan. Via menghela nafas sesaat, lalu mengengguk.

"Ag, giliran loe yang mesen ya.. Gue
mie ayam sama jus jeruk satu ya.." kata via sambil tersenyum kecil. Setelah mengangkat bahunya dan memutar bola matanya, agni pun berdiri.

"Udah kebayang nih bakal gue yang mesen. Loe mesen apa fy, ra??" kata agni.

Teman-temannya tersenyum geli, "Kan loe yang paling kuat ag.. Hehehe.." jawab mereka kompak.

"Gue bakso yaa..minumnya ngikut via." kata ify.

"Gue samain ify aja ag.." kata zahra. Setelah mendengus kesal (setengah becanda) agni pun beranjak pergi memesan makanan mereka. Sementara via dan zahra asik mengobrol menunggu agni datang, ify kembali melamun memandangi rio.

"Yo, gue kangen elo yo.." batin ify pedih. Lalu dia pun mendesah dan berdiri dari duduknya.

"Gue ke toilet dulu ya.." pamit ify dan berjalan menjauh. Dia perlu menenangkan pikirannya sejenak.

Tak jauh dari sana sepasang mata mengiringi langkah ify dengan tatapan yang terlalu susah diartikan dan dengan batinnya yang terus mengucapkan kata 'maaf' berkali-kali setiap menyadari ify yang memperhatikannya.

****

"Lama amat fy?? Bakso loe keburu dingin tuh.. Gue aja udah abis setengah." kata agni begitu ify kembali. Tanpa mempedulikan agni, ify kembali duduk di posisinya tadi.

"Gimana fy, udah siap mau cerita??" tanya via.

Ify menggeleng, "Makan dulu." jawabnya singkat, lalu menusuk sebutir bakso dengan garpu di tangan kirinya. *jaelah..bahasanya kok rada aneh gitu ya..--"*

Via kembali diam lalu memandangi ify sedih. Dan pandangannya beralih ke arah rio. Walau pun ada sedikit rasa kesal di hatinya, tapi via nggak bisa nyalahin rio. Entah karna apa, tapi via nggak bisa bilang kalau rio sengaja jauhin ify. Karna pernah beberapa kali via melihat cowok itu melirik ke arah ify diam-diam. Dan tatapan rio itu benar-benar membuatnya bingung. Entahlah, tapi via merasa ada sesuatu dari tatapan itu. Dan tatapan rio itu selalu berhasil membuatnya merasa sesak. Dia tau ada emosi yang tertahan dari mata itu. Entah itu apa, tapi satu yang diketahuinya. Tatapan itu bukan tatapan dari seorang laki-laki jahat, yang menatap ify penuh rasa senang setelah berhasil menyakitinya.

Didorongnya kedepan mangkuk bakso yang sudah kosong itu, lalu menyeruput jus jeruknya.

"Huft..kenyang.." katanya. Lalu memiringkan kepalanya, mmenatap temannya satu persatu heran.

"Apaan liat-liat??" tanya ify.

"Udah kenyang?? Berarti udah siap dong buat cerita.." jawab agni.

Ify menghela nafas. Lalu menunduk sambil menumpukan kepalanya dengan kedua tangannya.

"Fy, ada baiknya loe cerita. Kami nggak mau maksa, tapi bukannya loe bisa terbantu kalau loe mau sedikit berbagi. Yah..minimal loe bisa sedikit lega fy. Itu
gunanya sahabat kan?? Saling berbagi. Walau pun kita mungkin nggak bisa bantu banyak tapi kita bisa jadi tempat loe limpahin semua perasaan loe fy. Keluarin semua unek-unek loe. Kita bakal selalu disini buat elo fy. Siap dengerin semua cerita loe." kata zahra.
Ify mengangkat kepalanya lalu menatap teman-temannya satu persatu. Tanpa sadar butiran bening
yang selalu ditahan ify saat bersama teman-temannya itu akhirnya jatuh juga. Zahra memeluk ify yang duduk disebelahnya itu. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya.

"Gu..gue..juga..nggak ngerti ra.. Tiba-tiba..aja.rio udah jauhin gue.. Apa..salah..gue ra??" kata ify terbata-bata di sela tangisnya. Zahra mengelus-ngelus punggung ify.

"Ssstt..loe nggak punya salah apa-apa kok fy.." jawab zahra pelan.

"Trus..gue harus apa ra??" isak ify lagi.

"Sabar fy..." hanya itu yang bisa diucapkan zahra. Lalu menatap bingung via dan agni.

Via dan agni pun hanya bisa tersenyum getir sambil terus menenangkan ify.

****

"Eh..para ladies mana?? Tumben nggak nyamperin kita waktu istirahat gini??" celetuk cakka di sela obrolan mereka.

"Mereka juga butuh girls time kali cak. Liat noh.." jawab gabriel sambil nunjuk satu meja tempat ify dkk duduk.

"Ya..boleh lah sekali-kali. Tapi gue kan udah kangen agni yel. Minggu kemaren nggak sempet ngapel. Hehehe.." kata cakka sambil cengegesan.

"Agni mulu pikiran loe! Urusin tuh remedi loe. Penting mana sih ngurusin nilai 4 dibanding agni??" kata alvin.

"Dua-duanya. Tadi itu kan gue khilaf vin. Gue lupa ada ulangan soalnya." jawab cakka santai.

"Bilang aja otak loe mikirin agni mulu makanya jadi rada soak. Ingat cak, kelas 12 nih.. Bentar lagi UN." kata alvin lagi.

"Bawel loe ah.. Loe sendiri gimana?? Zahra udah loe putusin??" tanya cakka balik.

"Loe sama alvin beda cak. Kalau alvin sama zahra sih sama-sama pasangan yang menomor duakan pacaran, lebih mentingin prestasi sama persahabatan. Nah elo, agni sih bisa aja ngerem dikit, elo tuh yang parah. Bagi elo kan love is number one." celetuk iel.

Alvin langsung tersenyum penuh kemenangan lalu ber-tos ria dan pelukan ala laki-laki dengan iel sambil brkata, "Good job bro.."

"Kurang asem loe yel. Gue tu imbang, bagi rata semua. Elo tuh.." bantah cakka sambil manyun.

"Udah asem kok cak. Asem banget malah. Nyesel gue pake acara meluk segala. Hahahahaha.." kata alvin sambil tertawa yang sukses membuat jitakan iel mendarat mulus di puncak kepalanya.

"Sialan loe vin!! Udah dibelain juga!" kata iel kesel. Tanpa sadar pandangannya beralih ke rio yang dari tadi diam dan melamun ke suatu arah. Iel mengikuti arah pandangan rio, lalu tersenyum kecut.

"Jangan diliatin terus yo. Nggak bakal pergi kemana kok kalau loe nggak jauhin dia kaya gini." kata iel sambil menepuk pundak rio pelan. Seketika cakka dan alvin yang tau pasti maksud iel (terutama alvin) segera ikut beralih melihat segerombolan cewek yang tengah duduk di meja yang cukup jauh dari tempat mereka sekarang.

"Nggak, gue bingung aja kenapa mereka pada pelukan gitu ya??" jawab rio datar walau pun tau pasti yang tengah terjadi di meja ify dkk itu. Yaa..rio sempat melihat air mata ify saat akan memeluk zahra tadi.

"Biasalah cewek. Paling juga lagi curhat-curhatan." jawab cakka santai diikuti anggukan setuju dari iel.

"Bukan, tapi karna elo yo.." batin alvin sambil menatap rio. Dan rio juga membalas menatap alvin lalu mengangguk dan kemudian berdiri dari duduknya.

"Gue tau.. Eh, balik ke kelas yuk.." kata rio dan berjalan sendiri didepan seolah menuntun arah temannya berjalan.

Dan dengan sangat terpaksa rio memilih keluar lewat pintu tengah dibanding pintu sudut supaya nggak perlu melewati meja ify dkk.

Alvin menghela nafas mendengar perkataan pertama rio berusan.

"Kalau loe tau kenapa loe masih terus nyakitin ify yo?? Hhah...gue bener-bener nggak ngerti jalan pikiran loe yo." batin alvin dan terus berjalan paling belakang mengikuti ke3 teman-temannya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembantu Baruku (Cerbung Copas FB) part 25


Pembantu Baruku part 25


"Yo, dari tadi kok diem mulu??" tanya ify memecah keheningan diantara mereka sambil terus fokus sama jalanan di depannya (menuju rumah rio).

"Emm..nggak." jawab rio singkat dan tanpa menoleh ke ify.

"Sorry fy, seperti janji gue, mulai sekarang kita nggak boleh berhubungan lagi." tambah rio dalam hatinya. *pas ngetik kalimat ini knapa prasaan aku jadi rada aneh ya??*

"Yo, kalau gue punya salah sama loe yg bikin loe dingin kaya gini sekarang, gue minta maaf, maaf...banget." kata ify sambil menoleh ke arah rio sebentar lalu kembali fokus ke jalanan di depannya. Rio menghela nafas, lalu menggeleng,

"Loe nggak punya salah apa-apa fy. Nggak perlu minta maaf." jawab rio. datar. "Gue lah yg salah bukan elo fy." tambah rio lagi walau pun hanya terucap dalam hatinya.

"Oke, kalau emang gue nggak punya salah apa-apa sama loe, jadi ada masalah apa sampai loe terkesan cuek dan mulai nggak nganggep gue sekaran??" tanya ify lagi.

"Nggak ada masalah apa-apa." jawab rio masih dengan nada datar. "Hanya masalah hati gue." tambah rio lagi dalam hatinya.

Ify menghela nafas panjang dan menggenggam erat stir mobilnya menahan emosi yang tiba-tiba berkecamuk di hatinya. Entah mengapa ify merasa, secara nggak langsung rio mulai menutup diri darinya. Seolah-olah rio ingin dia pergi dari hidup lelaki itu. Dan rio benar-benar nggak menganggap keberadaannya sekarang.

"Yo, apa loe ingin gue pergi sekarang??" tanya ify yang membuat rio mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah ify.

"Yo, apa loe ingin gue pergi sekarang??" tanya ify lagi sambil membalas menoleh ke arah rio sebentar. Dan rio, masih tetap diam.

"Yo, loe tau, secara nggak langsung loe udah nolak gue sekarang, loe nyuruh gue jauh-jauh dari loe sekarang dengan semua sikap cuek loe, dingin loe, dan elo yang selalu entah lah gue nggak tau bener atau nggak, tapi elo selalu berusaha nutup diri loe dari gue sekarang! Yo, apa loe nggak tau sikap loe itu udah nyakitin gue??" kata ify dengan suara yang ditinggikan. Wajah ify juga sedikit memerah.

Rio menatap gadis disampingnya itu dalam-dalam. Lalu menarik nafas panjang, dan menghembuskannya. Berharap rasa sesak di dadanya saat mendengar ucapan ify tadi perlahan berkurang.

"Sorry fy, tapi ini demi loe juga. Loe akan lebih sakit dari ini kalau gue nggak ngelakuin ini semua. Maaf.." batin rio, lalu mengalihkan pandangannya dari ify. Menarik nafas panjang dan berkata, "Maaf.."

Ify diam setelah mendengar satu kata jawaban dari rio itu, "Hanya itu?? Segitu kecilnya gue bagi elo yo??" batinnya sedih.

Dan akhrnya hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua, sampai akhirnya mobil ify berhenti tepat di depan rumah rio.

"Mampir dulu fy??" tawar rio dengan nada datar atau bisa dibilang, dibuat datar. Ify mengangguk kecil,

"Emang, mama loe ngajakin gue makan malem disini juga." kata ify yang terkesan sedikit jutek di telinga rio. Membuat rio kembali menghela nafas dan menatap punggung gadis yg berjalan mendahuluinya dengan tatapan sendu. Rio sadar, dia telah menyakiti perasaan gadis itu.

****

Dua insan itu berdiri terpaku, sesosok yang sangat tak diharapkan kehadirannya ada di rumah itu yang tengah asik becanda dengan mama rio sambil sesekali terkekeh kecil dan melontarkan komentarnya begitu membalik halaman album foto yang ada dipangkuannya.

"Iih... Ingat ini nggak tan?? Waktu hari pertama MOS, aih...rio manis banget...polos banget lagi mukanya." komentar shilla dengan nada manja saat melihat sebuah foto dirinya, rio, dan teman-teman mereka lainnya tengah berpose di depan gerbang rumah rio dengan tampang kusut setelah seharian dikerjain kakak kelas mereka, pelaksana MOS.

"Iya, nggak nyangka gedenya jadi kaya sekarang ini.." jawab bu dewi (mamanya rio) sambil terkekeh kecil.

"Eh,tan.. Ini foto kapan?? Alvin tega ih nginjek rio gitu.. Mana yg lainnya ngakak lagi. Loh kok aku juka ikutan nginjek rio ya?? Foto kapan nih tan??" tanya shilla dengan ekspresi kaget-geli-kaget-geli_nya.*klo g' ngerti mksdx biarin aja, lnjut baca ke bawah..:))*

"Masak kamu nggak ingat shill. Ini kan waktu ngerayain ultahnya rio yang ke 12. Kalian ngerjain anak tante sadis banget lho. Masak anak tante jatuh bukannya ditolongin malah diinjek." jawab bu dewi kembali dengan terkekeh kecil sambil nunjuk-nunjuk foto rio yang jatuh tersungkur trus alvin dan shilla meletakkan kakinya diatas badan rio, seolah-olah menginjak rio. Yang lainnya tertawa sambil megangin perut masing-masing dan nunjuk-nunjuk rio. Semetara rio terlihat kacau dengan mukanya yang belepotan krim kue.

"Oh..iya shilla ingat. Abis itu rio dilempar kecoa sama cakka, gabriel, ozy sampe hampir nangis rionya trus lari-lari ke kamarnya. Hahahaha...jadi kangen deh tan.." kata shilla.

"Hey...ngomongin orang mulu kerjanya." celetuk rio dengan muka cemberut dan bibirnya yang udah maju 1 centi. Bukan karna diejekin, tapi karna ada shilla di rumahnya dan menurut rio gadis itu akan mengganggu ketenangannya hari ini. Ify yang disebelah rio terdiam kaku, merasa tersisihkan dengan keadaan ini. Dia sama sekali nggak tau apa yang dibicarakan shilla dan mamanya rio. Dan ify tau jelas itu pasti saat-saat masa kecil rio dan saat shilla masih berstatus sebagai sahabat baik rio sekaligus cinta pertama rio, bukan mantan yang dibenci seperti sekarang. Membuat hati ify miris mengingat dirinya hanya kenal rio saat sma dan baru akrab saat mereka sekelas di kelas XI.

"Eh, yo udah pulang?? Gimana kata dokternya?? Udah sembuh kan??" tanya mama rio masih dengan senyum gelinya dan sesekali mlirik kembali foto kenangan itu.

"Nunggu 3 hari lagi sampai sembuh total ma. Ma, fy, emm..shill, keatas dulu ya." jawab dan pamit rio dan agak terdengar males waktu menyebut nama shilla.

"Rio masih benci sama aku ya tan??" celetuk shilla dengan nada sedih. Lalu bu dewi memeluk shilla, memang dia sudah menganggap shilla sebagai putrinya sediri.

"Dia cuma butuh waktu shill.. Pasti sikap rio bakal cair juga ke kamu. Cepat atau lambat." jawab bu dewi yang sukses membuat ify merasa semakin tersisihkan berada di sana.

"O,iya ify.. Kamu udah ijin sama orang tua kamu kan sayang?? Ntar dicariin lho." tanya bu dewi setelah melepas pelukannya pada shilla.

"Udah tan, lagian mama tau kok kalo ify sering ke sini. Nginep juga mama nggak bakal khawatir. Udah biasa sih.." kata ify sambil tersenyum ketir dan sedikit merasa risih berada di sana.

"Emm..tan, ify ke toilet bentar ya.." pamit ify, dan setelah bu dewi mengangguk ify segera kabur ke toilet berniat menghindar dari ketidak nyamanannya sekarang.

****

Suasana di ruang makan rumah rio semakin nggak enak bagi ify sekarang. Pasalnya ify benar-benar merasa diasingkan sekarang. Hanya ozy yang kadang-kadang tersenyum kecil ke arahnya, menyadari ketidaknyamanan ify. Terlebih lagi posisi duduknya sekarang dengan rio ditengah diantara dirinya dan shilla. Kalau saja bukan karna ify yang terlalu lama mengurung diri di toilet, pasti dia bisa mendapatkan posisi duduk yang lebih baik sekarang. Yah..setidaknya di sebelah ozy, satu-satu manusia di sini yang bisa sedikit memahami perasaannya. Berada di sebelah rio yang hanya diam, membuatnya benar-benar nggak nyaman.

Terlebih lagi sudah hampir setengah jam dia duduk di sini, rio sama sekali belum menoleh sekalipun ke arahnya. Dan mama papa rio yang sibuk bernostalgia tentang masa-masa indah saat hubungan rio dan shilla masih berlangsung dengan baik. Dan hanya sesekali wanita di depannya itu mengajak ify untuk ikut bergabung dalam obrolan seru mereka. Ify kembali menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berharap rasa sesak didadanya sedikit berkurang.

Yah...obrolan keluarga ini benar-benar membuatnya sakit. Tidak sadar kah bu dewi akan perasaannya?? Tidak sadarkah bu dewi bahwa setiap kata-katanya yang kembali mengungkit hubungan spesial rio dan shilla itu benar-benar meremukkan hatinya??
Walau pun itu masa lalu, tapi tetap saja begitu menyakitkan bagi ify. Dan kenapa pula lelaki di sebelahnya ini mendiamkannya??

"Semuanya.. Ify pamit pulang dulu ya.. Mama tadi sms, udah nyuruh pulang." kata ify sambil 'berpura-pura' melihat ponselnya. Yah....smuanya hanya kebohongan belaka.

"Loh?? Katanya kamu nginep disini sekalian juga nggak papa fy, kenapa pulangnya cepet bnget??" tanya bu dewi dengan sedikit nada kecewa di sana.

"Maaf tan. Ify juga nggak tau kenapa mama tiba-tiba nyuruh pulang. Ada urusan penting katanya. Ify pamit duluan ya om, tante, emm shill, zy, yo.." kata ify sambil berdiri dari duduknya, lalu menyalami mama dan papa rio dan segera beranjak dari ruangan itu.

Ozy menendang pelan kaki rio dari bawah meja sambil menatap rio tajam. Rio mengaduh pelan lalu balik menatap ozy penuh tanya. Ozy lalu mengisyaratkan rio agar menyusul ify tapi sayangnya rio menggeleng. Dan ozy kembali menatap tajam kakaknya itu dan menendang lagi kaki rio sedikit lebih kencang.

Rio melengos lalu berdiri dari duduknya, " Semuanya, rio nyusul ify dulu ya.. Ada yang kelupaan." kata rio lalu beranjak pergi. Terlihat jelas raut cemburu di wajah shilla.

"Fy.." panggil rio saat ify mulai membuka pintu mobilnya.

Ify menoleh, sedikit rasa aneh di hatinya saat melihat sosok rio, entah lah itu karna apa. Rio berjalan ke arah ify lalu berdiri terpaku di depan gadis itu.

"Apa??" tanya ify. Dan rio tetap diam. Bukan karna apa-apa tapi karna rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya.

"Argh.." erang rio pelan sambil mengurut-ngurut kulit kepalanya.

"Yo?? Loe kenapa lagi??" tanya ify. Rio menggeleng kecil, lalu menggeleng lagi dengan niat mengusir rasa sakit itu dan berusaha mengendalikannya.

"Pliss...jangan sekarang. Jangan rusak semuanya, pliss..." batin rio. Lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Sesaat rio merasa rasa sakit itu bisa sedikit dikendalikannya.

"Yo??" panggil ify lagi, labih cemas lagi sekarang karna wajah rio yang memucat.

"Nggak papa kan??" tanya ify lagi.

"Argh...gue nggak papa fy." jawab rio pelan dengan suara sedikit bergetar.

"Serius??" tanya ify kurang yakin dengan jawaban rio itu.

"Ya. Emm..fy, gue mau bilang makasih, dan..maaf." kata rio masih dengan suara pelandan bergetar. Ify mengangguk.

"Ya, masama. Tapi maaf buat apa??" jawab dan tanya ify.

Rio nggak menjawab, tapi malah memegang kedua lengan ify dan menarik ify sedikit lebih dekat padanya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga ify, dan berbisik.

"Thanks but im sorry. Apa pun setelah ini gue harap loe terima. Semua yang gue lakuin sekarang dan setelah ini, semuanya bukan untuk nyakitin loe. Thanks.." bisik rio lalu beranjak pergi meninggalkan ify yang berdiri terpaku di depannya tadi.

Bingung akan maksud rio sekaligus kaget dengan sikap rio barusan.

--------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 29 November 2011

Pembantu Baruku (Cerbung Copas FB) part 24


Pembantu Baruku part 24 
Sepulangnya ify, rio mendadak lesu. Sambil terus mendesah, rio tidur-tiduran di karpet kamarnya. SEmentara ozy, memperhatikan kakaknya itu dengan pandangan yg sulit di mengertii. Rasa iba menjalari hatinya melihat rio seprti itu.

"Kak?" panggil ozy.

"Mmm.." jawab rio sekenanya.

"Kenapa loe nggak bisa jujur sama perasaan loe sendiri?? Apa susahnya sih?? Bohong terus kaya gini bakal bikin loe tambah sakit kak.." kata ozy dengan suara lembut.

Rio menoleh ke arah ozy yang duduk di kursi di depan meja belajarnya. Lalu tersenyum kecil.

"Lebih baik gue yang sakit zy, dari pada mereka semua, terutama ify." jawab rio pelan.

"Tapi mau sampai kapan loe trus bohong kayak gini kak. Gue yakin, suatu saat mereka akan tau. Dan klo loe nyembunyiin lebih lama, pasti bakal lebih sakit saat mereka tau nanti." nasehat ozy lagi.

Rio kembali trsenyum kecil. Senyum kepedihan.

"Gue nggak akan kuat liat wajah sedih mereka semua zy. Apa lagi kalau liat dia nangis. Pengecut ya gue?? Yah...setiap orang emang nggak sekuat keliatannya. Dan gue, gue nggak akan sanggup kalo harus liat raut dan air mata kepedihan itu." kata rio sambil tersenyum ketir.

"Selama ini, kak rio yang gue kenal, nggak pernah serapuh ini. Tapi kenapa sekarang loe jadi kaya gini kak. Jujur, sejak loe tau penyakit loe itu, gue kehilangan kak rio gue yang biasanya. Kakak gue selalu tersenyum lebar, lepas, dan nggak ada lengkung kecil membentuk sudut kepedihan seperti sekarang ini. Sorot matanya selalu tajam dan bersemangat, bukan sayu dan penuh keputus asaan sperti sekarang. Tawanya begitu renyah ditelinga gue, nggak ada bunyi tangisan dan erangan kesakitan, seperti tawa loe sekarang. Gue kangen elo yang dulu kak.." kata ozy lirih membuat rio menatap adiknya itu pedih.

"Mungkin sosok gue yang dulu udah dimakan sama penykit sialan ini zy. Dan mungkin nggak akan pernah kembali. Maaf.. Gue bukan orag kuat seperti yg loe kenal selama ini. Sekuat apa pun seseorang pasti ada titik lemahnya kan?? Dan mungkin, gue udah benar-benar kalah sekarang, melawan penyakit ini." kata rio.

Ozy menanap kakaknya itu dengan mata yang semakin terasa panas sekarang. Sekuat mungkin ditahannya butiran mutiara bening yang memaksa untuk turun itu.

"Gue rela lakuin apa pun kak, asal loe kembali menjadi kak rio gue yang dulu.." kata ozy dengan suara pelan dan bergetar.

Dan rio haya bisa membalas perkataan adiknya itu dengan senyum barunya sekarang. Dan hanya bisa diam.

****

"Rio!! Ozy!!" seru mama mereka berdua saat melihat kedatangan dua putranya itu.

"Hue...mama!! Ozy kangen..." balas ozy sambil memeluk mamanya.

"Aduh...anak mama makin ganteng aja, tambah tinggi juga, baru ditinggal 2 bulan." komentar mama dewi saat membalas pelukan ozy.

Ozy lalu melepas pelukannya, lalu menyalami papanya dan berpelukan,

"Tapi masih tetap manja, nggak berubah sama sekali." kata papa candra *buahaha..nama ngarang semua*

"Rio??" gumam mama dewi saat melihat putra tertuanya itu. Sosok rio berubah menurut ingatannya. Sekarang jadi lebih tinggi tapi malah lebih kurus badannya. Kulitnya juga memutih, tepatnya pucat. Dan tubuh rio nggak setegap biasanya. Sorot matanya yang sayu dan sorot keputus asaan. Senyum putranya itu juga berbeda sekarang. Senyum itu, senyum kepedihan. Batinnya terkoyak melihat sosok baru putra tertuanya itu. Dadanya terasa sesak. Dengan penuh berusaha menahan pedih di hatinya, direntangkannya kedua tangannya itu, seolah-olah membarikan isyarat pada putranya itu untuk memeluknya. Melepas rindu antara ibu dan anak itu. Tanpa berkata-kata mereka berdua berpelukan. Bukan karna apa-apa tapi rasa perih itu membuat keduanya tak tau harus berkata apa, begitu pula dengan dua orang yang mengamati mereka dari belakang. Wajah sendu terlukis diwajah pak candra dan butiran air hangat itu mulai berkumpul dipelupuk mata ozy.

"Ma, emm...bisa dilepas sekarang?? Malu diliatin orang.." celetuk rio sambil nyengir menatap mamanya itu.

"Ugh..kamu itu ya yo.." jawab bu dewi sambil melepas pelukannya, lalu mengacak-acak rambut putranya itu. Sementara rio pasrah dengan rambutnya yg akan berantakan setelah ini, tapi jujur, rasa nyaman menyelimuti dirinya saat sentuhan kasih ibu terpancar setiap kulit tangan mamanya itu menyentuh rambut dan kulit kepalanya.

"Gimana kabar kamu yo??" tanya pak candra kepada anaknya itu, membuat rio menoleh ke papanya.

"Dibilang baik nggak juga pa, untuk ukuran normal. Tapi untuk yang sekarang, ya....lumayanlah pa.." jawab rio sambil tersenyum kecil. Sekarang gantian pak candralah yang mengacak-acak rambut rio.

"Kenapa loe zy??" tanya rio melihat wajah ozy yang agak murung dan matanya merah.

"Biasa, tau lah loe kak. Kan gue masih butuh adaptasi.." jawab ozy dengan senyumnya.

"Kelamaan adaptasinya." kata rio sambil senyum kembali.

"Ma, pa, pulang yuk. Tapi sebelum pulang, makan dulu. Hehehe...laper." kata ozy sambil nyengir dikalimat terakhirnya. Mama riozy mengeleng tegas.

"Nggak! Makan dirumah aja. Biar mama yang masak." katanya nya tegas.

"Yah...." riozy barengan menunjukkan muka kecewanya.

"Makan sembarangan nggak baik buat kamu rio.. Udah ngikut aja." kata bu dewi. Sementara pak candra cuma tersenyum dan ikut mengangguk tegas ketiga kedua putranya itu meminta dukungan.

****

"Eng...ma, pa, rio mau minta tolong sesuatu." kata rio memecah keheningan saat mereka sekeluarga makan siang.

"Mmm.." saut pak candra.

"Gini..mama sama papa jangan pernah asih tau siapa-siapa tentang penyakit rio ini ya.." kata rio dengan nada ragu. Dan tepat saja, kedua orang tuanya itu menatap rio tajam, meminta penjelasan atas permintaan putranya itu. Sementara ozy memilih diam, dia sudah menduga kakaknya juga akan meminta orangtuanya ikut menyembunyikan masalahnya itu.

"Nggak ada maksud apa-apa kok ma, pa. Cuman nggak mau yang lainnya tau dulu." jelas rio sambil tesenyum miring. Senyum keraguan orang tunya akan setuju.

"Sampai kapan??" tanya pak candra.

"Emm..sampai...sampai...sampai kapan mereka bisa tau sendiri." jawab rio penuh keraguan.

"Maksud kamu nggak ada yg boleh kasih tau siapa pun soal penyakit kamu sampai mereka tau sendiri, atau bisa dibilang bisa jadi selamanya nggak dikasih tau, kecuali..emm itu???" tanya bu dewi meminta kejelasan rio. Rio mengangguk kecil.

"Gila kamu yo!!" kata bu dewi.

"Tapi ma, pliss.....rio nggak bisa jelasin alasannya karna mama papa pasti nggk bakalan ngerti. Tapi pliss.....jangan kasih tau siapa-siapa... Ya ma...pa... Rio mohon..." kata rio dengan nada yang sedikit ditinggikan dan wajah memelas.

"Tapi yo..kalau mereka tau, pasti mereka bisa bantu jagain kamu kalau kamu tiba-tiba knapa-napa. Kamu tau sendiri kan, dengan keadaan kamu yang seperti sekarang ini, kamu bakal lebih...ya...lemah." bantah bu dewi.

"Rio bisa jaga diri kok ma.. Lagian ada alvin yang udah tau. Pokoknya jangan kasih tau siapa-siapa kalau rio nggak minta, atau emang keadaannya memaksa. Ya ma, pa... rio mohon..." pinta rio lagi.

"Terserah kamu yo..kalau emang menurut kamu itu yang terbaik, papa mama nggak bisa maksa kamu lagi." kata pak candra.

"Pa!!!" seru bu dewi sambil menatap tajam suaminya itu.

"Kalau itu bisa bikin dia senang dan tenang kenapa enggak ma.. Yang penting selama itu bisa bikin kondisi rio baik-baik aja. Kita cuma bisa ngawasin dia." jelas pak candra.

Bu dewi lalu menghela nafas panjang dan kemudian megangguk, sambil berharap keputusannya ini benar-benar yang terbaik.

****

Pagi yo.." sapa ify.

"Yo.." panggil ify lagi karna rio nggak jawab sapaannya dan tetap duduk dikursi dengan tatapan lurus kedepan dan kosong.

"Rio.." panggil ify lagi, tapi rio tetap diam, nggak nyaut atau pun bereaksi sama sekali.

"Rio...rio...rio..." panggil ify lagi sambil menggoncang-goncang bahu rio dengan kedua tangannya.

Rio terkesiap kecil, lalu melepaskan tangan kiri ify dengan tangan kanannya lalu memandang ify dengan tajam.

"Biasa aja fy, pusing gue.." kata rio lalu berdiri.

"Yee...salah siapa di panggil nggak nyaut-nyaut. Ngelamunin siapa yo?? Gue ya??" jawab dan tanya ify.

"Sebagian." jawab rio sambil buka pintu rumahnya. Ify yang ngekor rio dari belakang mengerutkan dahinya, bingung.

"Maksud loe??" tanya ify yang dijawab rio dengan mengangkat bahunya.

"Ma..rio berangkat dulu. Zy..mau bareng nggak??" teriak rio pake toa.

"Iya...hati-hati yo... Ify nya juga, jangan ngebut." jawab mama rio ikutan pake toa.

"Kak rio....tunggu... Gue nebeng elo sama kak ify.. Bentar... 3 menit lagi..." si ozy juga ikutan pake toa.

"Yaudah cepet.." teriak rio lagi yang tertuju pada ozy.

Setelah teriak, rio kembali duduk di kursi terasnya tadi. Sementara ify berdiri berkacak pinggang di depan rio.

"Berisik amat keluarga loe yo. Perasaan kemaren-kemaren malah sepi amat ni rumah." komentar ify.

"Gue capek ke dalem fy." jawab rio singkat.

"Yah..elo sih nggak ngapa-ngapain juga udah males yo." kata ify. Tapi sayangnya, rio kembali diam, nggak nyaut sama sekali.

Ify merhatiin rio yang kembali seperti tadi. Rio kembali melihat lurus kedepan dengan tatapan kosong. Dan disela-sela lamunannya, dia menghela nafas panjang.

"Mikirin apaan yo??" tanya ify. Rio menjawab dengan menggeleng.

"Gue ya??" tebak ify dengan maksud becanda.

"Sebagian." jawab rio singkat membuat ify kembali menatap cowok disampingnya itu heran.

"Maksud loe??" tanya ify. Tapi rio hanya menggeleng, nggak jawab sama sekali.

"Makin lama loe makin nyebelin yo.." kata ify lalu melengos.

"Bagus deh kalo gitu." jawab rio lagi sambil terkekeh kecil. Emm..terdengar miris.

"Maksud loe??" tanya ify lagi. Semakin bingung sama cowok satu itu. Tapi seprti tadi, rio hanya menggeleng. Dan ify, kembali melengos.

"Emm..elo jadi buka perban sekarang kan yo?? Udah bikin janji sama dokternya??" tanya ify sekedar berniat agar cowok itu mau lebih banyak bicara. Akhir-akhir ini rio sedikit pendiam.*2 hari yg lalu diskip lagi biar pendek ya.^^*

"Udah. Pulang sekolah langsung ke RS aja." jawab rio tanpa mengalihkan pandangannya ke ify.

"Gue jadi ikut kan??" tanya ify lagi. Rio kembali hanya mengangguk.

"Hai..kakak-kakak.. Gue siap! Hayu..berangkat.." seru ozy tiba-tiba dengan senyum manisnya membuat rio dan ify berdiri dari duduknya.

"Loe telat 1 menit zy. Yuk berangkat." ajak rio sambil tersenyum kecil lalu berjalan menuju mobil ify yang teparkir rapi di halaman rumahnya. Ify dan ozy menikuti langkah rio dari belakang.

****

Teng.....teng.....teng.....

Bel dari surga itu pun berbunyi dengan lantangnya membuat seluruh murid sma nusantara bersorak gembira dalam hatinya.

"Baiklah..sekarang kalian boleh pulang. Jangan lupa tugasnya dikumpul besok." kata bu winda menutup pelajarannya di kelas XII IPA 1.

Seiring dengan langkah bu winda keluar dari kelas, seisi kelas pun langsung membereskan buku-buku dan alat tulis mereka, bersiap untuk pulang.

"Yo, nggak ke kelas ify loe??" tanya alvin ke rio yang lagi tidur dengan ranselnya yang dijadikan bantal dari awal pelajaran bu winda tadi.

"Biar dia aja yang nyusulin gue ke sini vin." jawab rio lesu. Alvin mengernyitkan dahinya.

"Kumat lagi yo??" bisik alvin dengan nada khawatir.

"Nggak. Pusing doang." jawab rio pelan.

"Perasaan gue doang atau loe emang sering banget sakit ya yo??" tanya cakka sambil menyandang tasnya diiringi dengan anggukan setuju dari gabriel.

"Iya..gara-gara elo. Bikin setres gue tiap hari." jawab rio asal sambil mengangkat kepalanya.

"La?? Kenapa gue??" tanya cakka bingung sambil nunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya.

"Kidding bro.." kata rio sambil nepuk-nepuk pundak cakka lalu berdiri dan menyandang tasnya.

"Kabur kemana lagi loe?? Hari ini gue itung udah 2 kali loe kabur gitu aja." tanya gabriel.

Rio nggak menjawab, tapi malah menunjuk ify yang sudah bediri di depan kelasnya.

"Bye.." tambahnya.

"Kami duluan ya semua.." pamit ify sambil melambaikan tangannya dan berlalu keluar kelas diiringi rio dibelakangnya.

"Vin, tu anak dua kenapa??" tanya cakka sambil menunjuk rio ify yang udah keluar kelas.

"Kenapa gimana??" tanya alvin balik.

"Si rio kenapa??" tanya cakka lagi.

"Maksud loe??" tanya alvin balik (lagi).

"Jah..elo vin. Itu pasangan rify kenapa?? Kok nggak semesra biasanya?? Si rio kenapa dingin gitu??" sekarang giliran gabiel bertanya.

"Ya, mana gue tau. Tanyain sama orangnya langsung sana." jawab alvin cuek meski tau yang sebenarnya.

"Yah...harusnya kan elo tau vin. Kan loe yang lebih sering berduaan sama rio.." kata cakka yang sukses membuat jitakan alvin mendarat dikepalanya.

"Maksud loe??" tanya alvin garang.

"Hehehe....mksudnya elo lebih sering bareng rio dari pada kita-kita." jelas cakka sambil nyengir.

"Huh! Udah, pulang loe cak. Gue duluan." kata alvin dan segera berlalu.

"Loe sih ngomong nggak jelas." kata gabriel begitu alvin keluar kelas.

"Kok gue yang salah mulu sih??" tanya cakka sambil nunjuk dirinya lagi.

"La..emang loe nggak pernah bener. Gue duluan ya, mau jalan sama via soalnya. Bye.." jawab dan pamit gabriel. Sementara cakka merenggut kesal.

****

"Gimana yo?? Masih sakit atau ngilu??" tanya si dokter yang lagi mukul-mukul pelan pergelangan tangan kiri rio. Rio menggeleng.

"Coba kamu gerakin pelan tangan kamu." suruh dokter itu dan rio pun mengikutinya.

"Gimana??" tanyanya lagi.

"Udah nggak ngilu lagi kok dok. Masih nyut-nyutan dikit kalau digerakin agak kuat." jawab rio.

"Iya, biasa kok. Tunggu beberapa hari dulu sampai geraknya normal. Tangan kamu masih kaku." jawab dokter itu.

"Emm...gitu ya dok. Berapa hari lagi dok sampai benar-benar pulih??" tanya rio.

"Kira-kira 3 hari. Nanti kamu saya kasih obat, tapi rujuk dulu sama dokter chiko ya. Saya takut salah kasih." jawab dokter itu.

"Maksud dokter??" tanya ify heran, nggak ngerti dengan maksud salah obat dan kenapa harus rujuk dokter dulu.

"Emm...dokter chiko yang ngurus pertama itu lho fy." alih rio bohong. Ify mengernyitkan dahinya. Sementara dokter tulang itu menatap rio penuh tanya.

Rio memberi isyarat agar dokter itu diam, dan seketika dokter itu mengerti. Ify memang nggak tau dokter chiko itu siapa walau pun dia pernah ketemu sebelumnya waktu ngantar rio cek lab dulu.

"Emm...iya. Dokter chiko dokter awal yang ngurus rio dulu." kata dokter itu ikutan bohong.

"Maksudnya dok?? Nggak ngerti saya. Bukannya dari awal dulu udah udah sama dokter ya??" tanya ify.

"Emm...iya, tapi dari awal emang dokter chiko yang ngurus." kata dokter itu yang mulai bingung jawab apa lagi.

"Emm...loe aja nggak ngerti fy, apalagi gue. Udah..turutin aja." kata rio.

"Emm..iya deh. Gue nggak bakat urusan kedokteran." kata ify sambil tersenyum miring.

Seketika rio dan dokter tulang itu langsung bernafas lega.

"Emm...fy. Gue keluar dulu ya.. loe disini aja" kata rio, dan tanpa nunggu persetujuan ify, rio langsung ngacir keluar.

"Sorry...fy. Loe nggak boleh tau semua ini." batin rio.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bersambung...

Pembantu Baruku (Cerbung Copas FB) part 23


Pembantu Baruku ~ part 23

"Apa???! Serius loe yo???! Lo becanda doang kan???!" tanya alvin kaget nggak percaya. Dan berharap rio akan cengar-cengir

menandakan klau dia bohong.

"Gue serius. Kanker otak stadium 3." jawab rio masih dengan suara pelannya.
Alvin yang tadinya menatap rio tajam sekarang tertunduk lesu, dan mnghela nafas panjang. Tiba-tiba HPnya bergetar. Alvin

lalu membaca sms yg ternyata dari ify.
"Siapa vin??" tanya rio.

"Ify, tadi gue suruh riko manggil ify ke sini tapi si ify ada ulangan katanya." jawab alvin lalu kembali menatap rio.

"Dia tau yo??" tanya alvin. Rio tau yg dimaksud alvin adalah ify.

"Ify nggak usah tau, semuanya. Cukup gue dan keluarga gue doang yg tau, dan sekarang nambah elo satu vin. Jangan marahin

gue sama keputusan bego itu. Gue nggak akan robah keputusan gue vin. Gue awalnya juga nggak ingin loe tau, tapi

yah..terlanjur. Lagian gue tau klo gue pasti nanti bakalan kenapa-kenapa di sekolah. Jadi seenggaknya, ada orang yang bisa

gue jadiin tempat minta tolong." jawab rio sambil tersenyum miring dikalimat terakhirnya.

"Pasti! Kapan pun loe butuh gue yo. Tapi menurut gue, loe harus tetap kasih tau yg lainnya yo. Sampai kapan loe bisa

nyembunyiin semuanya??" kata alvin. Rio kembali tersenyum. Masam.

"Sampai mana gue bisa nyembunyiin semuanya. Loe mau bantu gue kan??" jawab dan tanya rio.

Alvin sedikit ragu. Tapi dia tetap mengangguk kecil.

"Gue harap loe bisa jaga rahasia gue vin. Dan loe bisa janjikan sama gue?? Loe nggak akan beritau siapa-siapa kecuali
gue yg

minta." kata rio. Alvin kembali ragu.

"Emm..gue nggak yakin yo. Tapi yah...klo itu bisa bikin loe tenang dan lebih baik, gue coba." jawab alvin dengan
keraguan di

hatinya. Rio kembali tersenyum.

"Thanks.. Jadi sekarang loe harus belajar bohong vin." kata rio. alvin hanya tersenyum kecut dan memiringkan kepalanya.

"Loe ambil kemo yo??" tanya alvin lagi.

"Emm...ya.." jawab rio bohong. Rio terpaksa bohong karana tau alvin pasti akan maksa dia buat kemo.

"Gue pikir loe bakal bilang enggak yo. Bagus deh klo gitu. Gue harap dengan kemo loe bisa sembuh." kata alvin dengan



senyum lega terhias di wajahnya. Rio hanya bisa tersenyum kecil.

Entah mengapa alvin merasa agak risih dengan senyum itu. Senyum itu bukan senyuman biasa, yg selalu diberikan



sahabatnya itu. Senyumnya sekarang berbeda.

"Pasti berat ya yo??" tanya alvin dengan suara pelan. Rio kembali tersenyum, senyum yg membuat dada alvin terasa
sesak.

"Yah..memang, tapi memang inilah yg harus gue lewati vin. Nggak semua dalam hidup itu manis kan??" jawaban rio itu
sukses



membuat alvin semakin sesak.

****



"Hai.." sapa rio sambil penepuk pundak cakka pelan dan duduk disampingnya, dan sukses membuat cakka terlonjak dari



duduknya.

"Hai...hai...gue kaget tau!" kata cakka manyun. Rio tertawa melihat wajah temannya itu.

"Biasa aja cak. Jelek loe kaya gitu." celetuk gabriel dan membuat bibir cakka makin maju.

"Kemana aja loe berdua?? Enak ya bolos 4 jam pelajaran?? Baru balik pas istirahat lagi, sekali-sekali klo mau kabur ajak
gue



yo, jangan alvin." tanya cakka.

"Enak dong, ngiri loe??" goda rio dan kembali tertawa ketika cakka mengangguk dengan ekspresi aneh.


Alvin memperhatikan adegan di depannya itu dengan perasaan nggak karuan. Senang melihat rio masih bisa
memperlihatkan


tawanya, tapi juga sedih saat tau disela-sela suara tawa itu, terdengar suara tangisan kesedihan dan erangan kesakitan
rio.



"Nape bengong vin?? Cemburu loe liat rio selingkuh sama cakka??" tanya iyel ngasal dan sukses membuat jitakan alvin



mendarat di kepalanya.

"Nggak napsu gue sama rio." jawab alvin.
"Bohong dosa lo vin. Klo loe napsu juga nggak papa. Gue terima." kata rio ikutan ngasal kaya iyel, lalu dia kembali ngakak

waktu liat ekspresi kaget dari alvin.

Lalu rio berdiri dari duduknya dan mencondongkan badannya ke arah alvin.
"Gue bakal nyesel udah kasih tau loe klo loe mikirin yg tadi terus. Lupain aja, anggap gue baik-baik aja kaya sebelumnya."

bisik rio.
Ekspresi kaget langsung menghiasi muka iyel dan cakka, termasuk anak-anak lain yg posisi duduknya di dekat meja rio dkk.

"Rio....cowok gue mau loe apain?? Minggir..." seru zahra sambil dorong badan io menjauhi alvin, lalu duduk di sebelah alvin

dan langsung memeluk lengan alvin.
Kembali ekspresi kaget menghiasi muka manusia-manusia yg berada di dekat TKP.
"Kapan jadinya??" tanya mereka kompak. 2 orang yg ditanya malah cengengesan.

"Kemaren.." jawab mereka ber2 kompak.

"Ciee..." seru anak-anak yg lainnya kecuali cakka, tu anak malah manyun.

"Curang loe vin. Masa loe jadian duluan sih..harusnya kan gue. Agni, kita nyusul yuk..." kata cakka dan menoleh ke agni di

kalimat terakhirnya.

"Ayuk..." jawab agni girang, sementara cakka melongo sekejap lalu kembali normal.

"Berarti udah jadi dong kita??" tanya cakka sambil mengangkat-ngkat alisnya.

Setelah agni mengangguk, cakka pun langsung memeluknya.

"Yee....jadi juga gue sama agni. Thanks agni sayang......" sorak cakka kegirangan.

"Jangan panggil sayang, gue risih dengernya..." kata agni.

Sementara merenggut kesal, yg lain malah cengo. 1 kalimat yg ada di pikiran mereka masing-masing sekarang, "Nembak
kaya  gini??" pikir mereka semua kompak.

"Cak, PJ dong berarti.. Loe juga vin.." celetuk rio yg duluan sadar dari kecengoan mereka.

"Gue miskin yo..." kata cakka dan alvin barengan.

"Jiah... Ag, ra, gue turut berduka cita. Selamat menempuh hidup dengan cowok kalian yg nggak punya modal ini." kata iyel.

Dengan kompak, cakvin langsung menoyor kepala iyel gantian.

"Enak aja loe kalo ngomong. Utang loe 2 rebu masih belum lunas yel.." kata alvin.

"E.." iyel nggak membantah karna mulutnya keburu dibekep alvin.


"Nggak usah bantah..fakta yel." kata alvin. Yg lain kompak ngakak lagi.

"Ya...inilah kebahagiaan kecil gue sekarang." batin rio.

"Eh tunggu, loe tadi kenapa yo??" tanya ify mengalihkan semua perhatian teman-temannya yg lain kpd rio.

"Iya loe kenapa yo??" tanya iyel ikutan.

"Pake muntah segala, loe sakit??" tanya ify lagi. Dia emang sempet nyusul rio tadi, tapi keburu bel.

"Muntah?? Loe serius dihamili alvin yo??" tanya cakka asal. Kepalanya langsung dijitak ify.

"Gue nggak suruh loe becanda sekarang cak!" kata ify dengan suara sedikit keras.

Sementara rio bingung mau jawab apa, dan alvin, dia cuma berharap agar rio jujur sekarang seperti rio jujur padanya.

"Eng... Gue nggak papa fy, masuk angin doang. Udah biasa kan gue sakit." jawab rio bohong.
Ify menyipitkan matanya curiga.

"Beneran??" tanya ify lagi.

"Iya, loe kaya nggak tau gue aja fy. Udah biasa gue sakit. Dari dulu lagi kan??" kata rio meyakinkan.

"Tapi sekarang keseringan yo. Loe sering pucet sekarang." kata sivia. Ify mengangguk setuju.

"La?? Gue kan baru sembuh sakit. Wajar dong klo masih rada pucet." bantah rio.

"Bukan rada, tapi emang loe pucet mulu yo.." kata agni ikutan. Ify kembali mengangguk setuju.


"Alesan apa lagi nih gue??" batin rio bingung.

"Bener kok fy. Si rio emang beneran masuk angin." bantu alvin ikutan bohong. Rio melirik ke arah alvin, lalu menghembuskan

nafas lega.
"Dari mana loe tau klo ni anak beneran masuk angin??" tanya ify penuh selidik.

"Tau lah.. Orang dia gue ajak main semalem. Loe.." belum sempet alvin selesaiin omongannya, cakka udah nyelip duluan.

"Nah..tu kan. Ada apa loe sama rio main malem-malem??" tanya cakka, niat becanda doang sih sebenernya, tapi kepalanya

langsung di jitak agni.

"Klo loe nggak diem, kita putus sekarang cak." ancam agni. Cakka langsung mingkem.

"Ngapain loe ngajakin rio main malem-malem vin??" tanya agni.

"Emm...loe pada kan tau gue suka insomnia, nah penyakit gue kambuh semalem. Rumah gue sama rio kan beda 3 blok doang,

jadi ya gue kesana trus kita main basket dilapangan." jawab alvin yg mulai bingung mau bohong apa lagi.

"Main basket?? Orang tangan ni anak bisa di pake 1 doang, gimana caranya??" tanya ify makin curiga.

"Ya tuhan, mentok dah otak gue. Jawab apa lagi nih??" batin alvin panik.

"Yaelah fy, bisa kali main 1 tangan. Orang gue nonton dia doang." sekarang giliran rio beraksi.
"Mau banget loe nemenin ni anak satu yo, klo loe cuma dapet jatah nonton??" tanya gabriel sekarang.
"Ela...curigaan banget kalian. Khawatir ya gue kenapa-napa?? Ya, iya gue mau, dianya dateng pas banget gue juga lagi

insomnia, lapangan juga di depan rumah gue." jawab rio lagi.

Sekarang ify dan yg lainnya nyerah, "Untung deh loe cuman masuk angin, klo kenapa-napa, repot deh gue." kata ify.

JLEEP!!

Kata-kata ify barusan nancep banget bagi rio, seketika air muka rio berubah,
"Gue janji nggak bakal ngerepotin loe fy." batin rio lirih.
"Jaim bener loe fy. Bilang aja loe takut ni anak kenapa-napa. Jujur dikit napa??" celetuk alvin yg sukses bikin ify, emm...salah

tingkah. Ya memang karana itu lah alasannya, ify nggak mau rio kenapa-napa.

Tapi cara alvin barusan nggak terlalu membantu. Rio tetap diam.
****

Pagi ini, hari minggu, sekolah libur seperti minggu-minggu biasanya.
Pagi yang cerah ini dihabiskan riozy dengan duduk-duduk di depan TV, menonton acara pagi. Sementara ify, ya...seperti biasa

sibuk dengan urusannya, sekarang ify sedang merapikan kamar rio yg keadaannya cukup sulit untuk dideskripsikan, tapi yg

pasti, kamar itu benar-benar berantakan.

"Kak rio, kok gue rasanya aneh ya??" tanya ozy nggak jelas.

"Loe emang aneh zy. Kenapa emang??" tanya rio.

"Serius, perasaan gue campur aduk. Ada senang ada sedih sekarang." kata ozy. Rio mengerutkan keningnya.

"Sama acha??" tebak rio.

"Bukan...itu mah udah pasti senang. Perasaan gue bilang bakal ada yg... yg gimana ya?? Aduh...gue bingung bilangnya kaya apa, tapi yg jelas, campur aduk, senang plus sedih." jelas ozy yg membuat rio semakin nggak ngerti.

"Maksud loe apaan zy?? Nggak ngeh gue." tanya rio. Ozy pun ikut mengerutkan kening seperti kakaknya. Bngung mau jelasin kaya apa.

"Au' ah.. Perasaan gue doang kali ya kak?? Eh kak, ke atas yuk. Liat kamar loe. Jangan-jangan kak ify buka lemari loe trus liat obat loe lagi." ajak ozy.

"Nggak mungkin, lancang banget kalo gitu." tolak rio.

"Jaga-jaga kak.." ajak ozy lagi. Rio berpikir sebentar.

"Bentar doang tapi ya.." kata rio setuju, lalu berdiri dari duduknya. Dan mereka berdua pun berjalan menuju kamar rio.

Kamar rio...

"Oii fy.." sapa rio.

"Hmm.. apaan?? Gue sibuk, kamar loe udah ngalahin gudang rumah gue yo." jawab ify. Rio hanya nyengir.

Tiba-tiba HP rio bergetar,

"Siapa kak??" tanya ozy.

"Mama.." jawab rio pelan, lalu melangkah menjauh menuju balkon kamarnya.

"Ya ma??" tanya rio.

"Yo, gmana keadaan kamu sayang?? Baik-baik aja kan??" tanya mama rio dengan nada khawatir. Rio menghela nafas.

"Lumayan lah ma, masih rada sakit sih, tpi kecil doang, masih bisa di tahan." jawab rio. Beda dengan orang lain, rio nggak pernah bisa bohong sama mamanya.

"Kamu sabar ya nak, pasti berat ya..tiap hari kamu harus kesakitan kaya gitu. Klo bisa, mama mau gantiin posisi kamu yo.." kata mama rio dengan nada lirih.

"Ma, jngan gitu dong.. Rio nggak papa asal mama nggak kaya gitu. Klo mama gitu trus, rio yg sedih ma.." kata riomenenangkan mamanya.

Terdengar mama rio menghela nafas, mungkin utk melegakan perasaannya.

"Yo, mama sama papa pulang sekarang, kami dpet tiket jam 10 pagi ini. Kamu bisa jempun kami di airport yo?? Kan katanya ada temen kmu tuh, ify ya klo nggak salah?? Ajak aja sekalian.. Minta dia nganterin tapi.." kata mama rio.

"Enggak usah ma, rio sama ozy aja yg kesana." bantah rio.

"Loh knapa??"tanya mama rio.

"Ntar rio jelasin. Biar kami berdua aja ma, ya... Ozy yg nyetir kok." jawab dan bujuk rio.

"Aduh...bahaya yo.. Minta ify nganterin aja deh ya..." bujuk mama rio.

"Bisa kok ma, nggak usah ngerepotin ify. Ya ma ya...pliss..." kata rio dengan nada melas.

"Errr...iya deh... Hati-hati tapi... Mama nggak mau kalian kenapa-napa. Eh, yo, papa kamu manggil, udah dulu ya... Ingat kata mama, hati-hati." kata mama rio.

"Iya ma, bye..." 
"Bye sayang.."

Setelah itu sambungan telpon terputus, rio pun kembali masuk ke kamar.



"Mama bilang apa kak??" tanya ozy.

"Fy, hari ini loe nggak usah kerja dulu fy, dan hari-hari seterusnya. Bonyok gue pulang sekarang." kata rio dan sedikit brat baginya saat mengucapkan kata-kata itu.
Ify yg lagi nyapu segera menghentikan kegiatannya.

"Apa??" tanya ify kaget.

"Mulai sekarang kayanya loe nggak usah kerja lagi fy." ulag rio lagi dengan suara pelan.



Entah mengapa dada ify teras sesak, saat mendengar ucapan rio tadi. Ify merasa nggak rela harus berhenti sekarang, aturan dia masih punya kesempatan 3 hari lagi utk tetap berada di rumah ini. Dengan jelas hatinya menolah perkataan rio barusan. Tapi dengan segera, ify menahan perasaannya.

"Eh, gitu ya yo?? Akhirnya gue bebas juga...." kata ify yg jelas-jelas berlawanan sekali dengan kata hatinya.



Rio pun begitu, hatinya sakit saat ify berkata demikian. Tapi segera di bantahnya perasaannya sakitnya sndiri,

"Bagus klo dia pergi sekarang yo.. Loe nggak perlu bikin dia repot karna cowok penyakitan macam loe lagi" batin rio, lalu dia tersenyum ke arah ify.



Sementara ozy, merasa kasian pada dua orang di depannya sekarang. Ozy tau jelas, dalam hati keduanya, tersimpan
perasaan sakit dan kecewa dngan semua ini.

"Kak, mereka berangkat jam berapa??" tanya ozy berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Pesawat jam 10." jawab rio singkat.

"Eh, gue yg anter kalian ke sana ya?? Loe kan nggak bisa nyetir dalam keadaan kaya gitu yo." kata ify.

"Nggak usah fy, makasih. Ozy yg nyetir kok ntar." tolak rio.

"Loh knapa?? Nggak papa kali yo... Gue cuma mau bantu.." bujuk ify.

"Emm...bukannya gitu fy, tapi nyokap gue bilang bakal ada acara keluarga gitu. Jadi ya...loe tau lah.." kata rio dan lagi-lagi berbohong.

Ify menghela nafas, entah kenapa hatinya bilang rio bohong dan nggak nerima keeradaan ify saat ini.

"Oke deh...klo itu mau loe.. Emm...yo, gue udah bisa plang sekarang atau nanti??" kata ify.

Seperti ada pukulan kecil yg membuat dada rio terasa sakit sekarang. Dengan kepedihan di hatinya, rio mengangguk.

"Boleh.." jawab rio pelan.

Setelah rio menjawab, ify segera berlalu ke bawah, di ikuti oleh rio dan ozy.

"Yo, gue pulang dulu ya.." pamit ify.

"Emmm fy, makasih ya buat semuanya. Maaf juga udah ngerepotin loe selama ini. Eng...pokoknya makasih fy." kata rio.

"Iya, nggak papa kali yo. Ini kan utang gue buat tangan loe. Lagian gara-gara di sini gue jadi lebih cekatan, udah pinter masak juga. Dan itu gara-gara permintaan aneh loe." jawab ify sambil tersenyum manis.

"Ya.. Thanks fy.." kata rio lagi dan membalas senyum ify dengan senyumnya. Senyum kepedihan.

"Gue juga mau bilang makasih kak. Dan maaf udah bikin loe repot mulu." kata ozy. Ify pun mengacak-acak rambut ozy.

"Eh tunggu, kok gue berasa kaya mau perpisahan aja ya?? Masih bisa ketemu juga. Yo, 3 hari lagi, gue ikut loe leps perban ya?? Biar gue tenang juga. Ya??" kata ify.

"Tentu.." jawab rio sambil tersenyum.

"Setelah itu mungkin kita nggak bakal bisa kaya sekarang fy." tambah rio dalam hati.

"Gue pulang dulu ya.. Bye..." pamit ify, lalu pergi.

-------------------------------------