Sabtu, 19 Maret 2011

Sky-High bg 1

Sky~high
Spoiler: Bg 01
Jalanan kota gempar karena aksi kejar-kejaran antara siswa SMA yang berbeda sekolah. Mereka saling mengejar dengan membawa senjata tajam ditangan. Tidak perduli dagangan atau orang yang lewat, mereka menerobos begitu saja. Semuanya hacur berantakan.
Warga sekitar tidak dapat berbuat apa-apa. Karena mereka takut menjadi sasaran siswa-siswa itu.
Sekarang ini tawuran antar sekolah memang bukan hal yang tabu. Setiap hari selalu terjadi hal yang sama. Para warga hanya dapat menggelengkan kepala dan mengelus dada.
Dijalanan yang sama, Mila berjalan mencari sebuah alamat dengan berseragam lengkap. Dia bertanya alamat sekolah barunya pada setiap orang yang lewat.
Mila sangat terkejut melihat banyak siswa berseragam yang saling berkejaran. Ditambah mereka berkelahi dan saling memukul dihadapannya. Dia berusaha menghindari mereka. Dia sangat takut berada ditengah perkelahian mereka. Beberapa kali dia hampir terkena pukulan.
Saat sebuah tinju melayang kearahnya, seorang pemuda menariknya dan melindungi tubuhnya. Pemuda itu membawanya menjauh dari tempat itu. Mereka bersembunyi disebuah saung yang cukup jauh dari tempat itu.
Setelah beberapa saat, Mila baru menyadari pemuda itu memeluknya. Karena merasa terancam, dia menggigit lengan pemuda itu dan berlari kesudut yang lain. Pemuda yang menolongnya itu berteriak kesakitan.
“Jangan macam-macam!!” ucapnya.
Pemuda itu melihat wajah Mila yang begitu ketakutan.
“Sorry kamu jadi ikut-ikutan.” ucap pemuda itu.
Tanpa memperdulikannya, Mila berjalan pergi. Pemuda itu hanya tersenyum. Saat dia hendak melangkah pergi, Dia menemukan sebuah ponsel yang tergelerak diatas tanah.
Dia mengambil ponsel itu dan tersenyum senang.
Gara-gara kejadian itu, Mila terlambat dihari pertamanya sekolah. Dia datang disaat pintu gerbang hampir tertutup. Dia berusaha berlari sekuat tenaganya.
“Tunggu, Pak!” serunya.
Penjaga sekolah menghentikan langkahnya. Dia tidak jadi menutup pintunya. Mila segera mempercepat langkahnya.
“Saya murid baru Pak. Tadi saya tersesat.” ucap Mila denga nafas yang terengah.
“Murid yang telat harus tetap dihukum.” ucap penjaga sekolah itu. “Lompat kodok 10 kali!” perintahnya.
Mila mengerutkan dahinya. Terpaksa dia menuruti perintah penjaga killer itu. Dengan muka yang ditekuk, dia melompat-lompat seperti kodok.
Disisi lain segerombolan anak mengendap endap masuk melewati gerbang sekolah. Mila melihat pemuda yang ia temui pagi tadi berada diantara mereka.
Yuna, Bisma, Roni, Kafka!!” seru penjaga sekolah itu.
Langkah keempat murid itu terhenti. Mereka tersenyum.
Mereka dihukum bersama-sama.
Mila memandang pemuda itu dengan sinis. Sebab karena pemuda itulah dia telat dan dihukum. Namun pemuda itu malah mengambuntnya dengan senyuman. Hal itu membuat Mila semakin jengkel. Belum pernah dia bertemu dengan pemuda seperti itu.
Setelah hukuman selesai, mereka diperbolehkan masuk.
Didalam kelas barunya, Reka menemukan ponselnya yang hilang.
***
Disekolah barunya, Mila mempunyai banyak teman. Pribadinya yang ramah dan menarik dapat menarik perhatian banyak murid. Mila senang dapat bersekolah ditempat itu. Dia menyukai anak-anak yang bersekolah disana.
Satu hal lagi yang membuat hari baru Mila semakin indah adalah karena ada seorang pemuda yang sering menelephonnya. Pemuda itu selalu dapat membuatnya nyaman. Walau dia tidak pernah melihat wajahnya dan hanya mendengar suaranya.
Namun diantara sekian banyak siswa dan hal yang menyenangkan, dia paling tidak menyukai Yuna. Pemuda yang menyebabkan dia terlambat dihari pertama sekolah juga berandalan yang sangat senang berkelahi. Dia banyak mendengar cerita miring tentang Yuna. Dari pembangkang sampai pecandu narkoba.
Saat berpapasan dengan pemuda itu, dia selalu merunduk. Dia tidak ingin melihat sorot mata Yuna yang begitu lain. Suatu saat dia bertabrakan dengan Yuna di lorong sekolah. Tanpa berkata apapun Mila langsung pergi tanpa melihat wajahnya.
Yuna terus memandangnya sampai tubuh Mila menghilang didepan pintu kelas.
Hari ini Mila mengajak teman telponnya bertemu di halaman sekolah. Dia ingin melihat wajah pemuda yang selalu berbicara dengannya disetiap malam. Wajah dari suara yang mengantarnya tidur.
 Mila berjalan riang menuju halaman sekolah. Dia mencari seorang pemuda yang belum ditemuinya. Pemuda itu bersekolah ditempat yang sama dengannya. Namun mereka tidak satu kelas.
Mila tertegun ketika melihat Yuna duduk sendiri dihalaman sekolah. Tidak mungkin Lana adalah pemuda yang selalu diajaknya berbicara. Langkahnya yang tadi begitu riang, terhenti begitu saja.
Yuna menoleh dan melambaikan tangan pada Mila. Dia tersenyum ramah.
Mila semakin terkejut. Tanpa pikir panjang, dia berlari pergi menjauh dari Yuna. Dia sunggu tidak menyangka kalau pemuda yang membuatnya nyaman adalah siswa brandalan disekolah.
Yuna hanya memandang Mila. Dia menggengagam erat bunga Aster biru muda ditangannya. Awalnya Yuna berniat memberikan bunga itu pada Mila. Namun sepertinya gadis itu tidak menginginkannya.
Didalam kelasnya, Mila masih tidak percaya. Dia juga merasa bersalah karena pergi begitu saja. Biar bagaimanapun Yuna hanyalah manusia biasa. Dia juga pasti juga memiliki rasa sakit hari. Mila takut menyakiti hati Yuna.
Perasaannya sungguh tidak enak. Dia menyesal karena meninggalkan Yuna tadi. Hatinya tidak tenang.
Mila pergi ketempat janjiannya dengan Yuna. Namun pemuda itu sudah tidak ada disana. Dengan ragu dia melangkah menuju kelas Yuna. Tapi pemuda itu juga tidak ada disana. Akhirnya Mila menguatkan diri bertanya pada Bisma. Siswa yang selalu bersama Yuna.
“Anak itu pasti ada dikebun belakang sekolah. Cari aja disana!!” ucap Bisma.
Mika langsung mencari Yuna ditempat itu.
Taman dibelakang sekolah terlihat sangat sepi. Tidak ada murid yang beralulangan. Hanya nampak pohon-pohon yang menjulang tinggi. Udara yang berhembus terasa lebih sejuk.
Setelah cukup lama mencari, Mila menemukan Yuna sedang menanam bunga Aster yang tadi dia bawa untuk Mila. Mila tertegun melihat ketulusan Yuna saat menanam bunga itu.
“Aku mencarimu kemana-mana!!” ucap Mila.
Yuna menoleh. Dia tersenyum saat melihat Mila dibelakangnya.
“Sedang apa kau disitu?” tanya Mila.
“Memberi kehidupan pada tanaman ini!!” jawab Yuna. Dia berdiri kemudian mengambil selang air didekatnya.
Perlahan Mila mendekatinya. Dia tertarik akan apa yang Yuna lakukan.
Bunga Aster berwarna biru muda menghiasi tempatnya berdiri. Terlihat sangat indah. Bersinar seperti bintang dilangit malam. Bau harumnya mengisi penciuman Mila.
“Kau bisa mencobanya. Aku akan mengambil pupuk digudang.” ucap Yuna.
Pemuda itu menyerahkan selang airnya pada Mila. Kemudian beranjak pergi.
Mila melanjutkan pekerjaan Yuna. Dia merasa aneh. Saat Yuna ada dihadapannya dia merasa takut. Namun saat Yuna sudah ada disampingnya, rasa tacit iru menghilang begitu saja. Dia merasa Yuna bukanlah orang yang banyak diceritakan oleh anak-anak.
Saat ini dia melihat Yuna sebagai pemuda biasa. Pemuda yang sangat hangat dan penuh pesona lain. Sosok Yuna yang nakal dan urakan tidak terlihat dimatanya. Entah apa yang dia rasakan?
Tidak lama Yuna datang dengan sekarung pupuk. Dia melihat Mila yang tengah terdiam sambil memandang bunga-bunga dihadapannya. Dia tidak suka melihat wajah Mila yang seperti itu.
Yuna mengambil selang air. Kemudian menyemprotkannya pada Mila. Kontan gadis itu terjerebab kaget. Dia memandang Yuna dengan marah.
“Udaranya sangat panas. Kau perlu didinginkan!” seru Yuna.
Mila berdiri dan merebut selang air yang dibawa Yuna. Kemudian menyemprotkannya ditubuh pemuda iseng itu.
“Otakmu juga harus didinginkan…” seru Mila.
Dimulailah acara semprot menyemprot diantara mereka. Mila terus menyiram Yuna begitupun sebaliknya. Baju mereka sudah basah kuyup. Namun tetap tidak ada yang mau mengalah.
Matahari semakin meninggi. Karena kelelahan, Yuna dan Mila berbaring diatas rumput hijau. Tubuh dan baju mereka basah. Terlihat mereka juga sudah kedinginan. Namun angin sepoi musim panas menghangatkan tubuh mereka.
Yuna tertawa senang. Begitu pula dengan Mila. Mereka melihat langit biru yang terbentang luas. Tiada awan yang nampak mengisi kekosongannya.
“Sepertinya kau sudah menjadi anak nakal sekarang.” ucap Yuna.
Mila tidak mengerti. Dia memandang Yuna.
“Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi.”
Mila baru tersadar. Dia segera bangkit dan melihat jam. Jam sebelas lebih. Pelajaran sudah dimulai tiga puluh menit lalu.
Yuna tersentum melihat tingkah Mila.  “Jika kembali sekarang, kita akan kena hokum. Sudahlah…hari ini belum berakhirkan?” ucap Yuna santainya.
Untuk Yuna, tidak ada dikelas saat pelajaran dimulai adalah hal biasa. Bahkan dia sering tidak masuk tanpa alasan. Sedangkan untuk Mila, hal ini adalah sesuatu yang baru.
“Walaupun kita menagis dan menyesal, waktu tidak akan pernah kembali lagi!!” ucap Yuna. Dia bangkit dan duduk disamping Mila.
Mila memandang Yuna. Saat itu terlihat sesuatu yang lain dari mata Yuna. Mata yang selama ini tidak berani ditatapnya, ternyata tersimpan sesuatu yang menghangatkan. Dia masih tidak menyangka kalau suara hangat yang selalu didengarnya adalah suara Yuna. Seseorang yang begitu dingin pada orang lain.
“Ayo kita pergi!!” ajak Yuna.
Tanpa memperdulikan jawaban Mila, Yuna menggandeng Mila pergi. Mila tidak dapat berbuat apa-apa. Dia begitu saja menuruti keinginan Yuna.
Diam-diam Yuna mengambil sepedanya diparkiran sekolah. Untung penjaga sekolah yang sering menghukumnya itu sedang tidak ada. Jadi Yuna dapat dengan mudah melangsungkan aksinya.
Yuna membonceng Mila menelusuri jalanan. Mereka melewati taman dan danau yang indah.
Berada dekat dengan Yuna membuat Mila merasa lain. Terasa sesuatu yang berbeda didalam diri Yuna yang sangat ingin dia tahu. Saat melihatnya dari kejauhan, Yuna terlihat dingin seperti gunung es. Namun saat berada disisi dan dekat dengannya, terasa hangat seperi angin sepoi dimusim panas.
“Pegangan!!” seru Yuna. Dia memegang tangan Mila dan meletakkannya dipinggangnya.
Awalnya Mila ragu. Namun akhirnya dia memeluk Yuna dengan erat. Yuna tersenyum senang. Dia semakin melajukan sepedanya dengan cepat. Mila semakin memeluknya dengan erat.
Mereka melewati siang yang indah bersama. Hari ini matahari bersinar dengan terang. Cahayanya yang begitu indah mengiringi kebarsamaan Yuna dan Mila. Di awal kebersamaan mereka.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar